BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan Negara kaya akan rempah-rempah, Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satunya. Tumbuhan
ini memiliki manfaat yang besar dibeberapa sisi, diantaranya digunakan untuk
penyedap makanan, selain itu digunakan juga sebagai bahan pembuat parfum, sabun, bahan pengolah
gula, bahan baku industry minuman dan makanan, obat-obatan, dan kosmetik.
Senyawa yang terdapat
dalam biji pala seperti myristicin, elimicin,
dan safrole sebesar 2-18% dapat menyebabkan halusinasi. Memakan maksimum
5 gram bubuk atau minyak pala mengakibatkan keracunan yang
ditandai dengan muntah, kepala pusing dan mulut kering. Namun dalam takaran
tertentu dapat dijadikan sebagai penyedap makanan, khususnya didaerah eropa.
Dengan banyaknya
manfaat yang dihasilkan dari biji pala memotivasi para peneliti untuk meneliti
lebih jauh tentang tanaman ini, sehingga diperoleh manfaat yang lebih berarti
bagi masyarakat. Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan minyak
atsiri pala, yaitu sebagai bahan baku dalam aromaterapi. Dilaporkan bahwa
komponen utama pala dan fuli yaitu myristicin, elemicin
dan
iso-elemicin dalam aromaterapi bersifat
menghilangkan stress. Di Jepang, beberapa perusahaan menyemprotkan aroma
minyak pala melalui system sirkulasi udara untuk meningkatkan kualitas udara
dan lingkungan. Untuk tujuan yang sama akhir-akhir ini banyak dijumpai
penggunaannya dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk potpourri, lilin beraroma, atomizer
dan
produk-produk pewangi lainnya. Di Amerika Serikat pemasaran produk-produk pewangi dari pala tersebut
mencapai nilai 500 juta USD.
B.
Tujuan praktikum
Tujuan dari percobaan
ini adalah mengisolasi asam miristat dalam biji pala.
C.
Prinsip percobaan
Prinsip dari
percobaan ini adalah mengisolasi asam miristat dalam biji pala dengan
menggunakan teknik ekstraksi sokhlet.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Lemak dan minyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan.
Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak kacang
dan lain-lain. Pada umumnya lemak atau minyak tidak terdiri dari satu macam
trigliseida melainkan campuran dari trigliserida. Karena alasan ini, komposisi
lemak dan minyak dinyatakan dalam persentase macam-macam asam yang diperoleh
dari hidrolisis (Hart, 1990).
Lipid merupakan senyawa yang dapat disarikan dari sel
dan jaringan oleh pelarut organic tak polar. Lipid ini merupakan komponen tak
larut air. Cara penggolongannya agak tidak biasa, karena lipid tidak mempunyai
sifat kimia dan sifat struktur yang khas, satu-satunya kesamaan yang yang
mempertalikan senyawa dalam golongan ini adalah cara mengisolasinya dan asal
mula biogenetiknya. (Stanley, 1988)
Pala(Myristica
fragrans Houtt) merupakan
tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku.
Pala dipanen bijinya, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya.
Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa
Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicaearillus
atau macis. Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex.
Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai
kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai
20 meter dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Pohon pala dapat
tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan
laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000 - 3.500 mm tanpa mengalami
periode musim kering secara nyata. Tanaman pala umumnya dibudidayakan di
Kepulauan Maluku, khususnya Ambon dan Banda. Ditanam dalam skala kecil
dikepulauan lainnya sekitar Banda, Manado, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan
Papua (Dhimas, 2009).
Pada prinsipnya komponen dalam biji
pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa,
pentosan, pati, resin dan mineral-mineral. Persentase dari komponen-komponen
bervariasi dipengaruhi oleh klon, mutu dan lama penyimpanan serta
tempat tumbuh. Kandungan minyak lemak dari biji pala utuh bervariasi dari 25
sampai 40%, sedangkan pada fuli antara 20 sampai 30%. Biji pala yang dimakan ulat
mempunyai presentase minyak atsiri lebih tinggi daripada biji utuh karena
pati dan minyak lemaknya sebagian dimakan oleh serangga (Marcelle, 1975).
Menurut Leung dalam Rismunandar
(1990) biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2-16% dengan rata-rata pada
10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-40%., karbohidrat sekitar
30% dan protein sekitar 6% (Nurdjannah, 2007).
Trimiristin dalam limbah pala diisolasi
secara sokletasi menggunakan variasi pelarut n-heksan, benzene, dan kloroform.
Ekstrak yang diperoleh berupa campuran pelarut dan trimiristin kemudian
dipisahkan lebih lanjut dengan menggunakan rotary
evaporator. Hasil ekstrak murni yang diperoleh dari
rotary
evaporator dilarutkan dalam
etanol panas, kemudian didinginkan hingga terbentuk Kristal trimiristin
(Zuhrina, 2006).
Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki manfaat
dari tanaman pala. Takikawa, dkk (2002) melaporkan
adanya aktivitas anti mikrobia dari pala. Chatterjee,
dkk(2007) melaporkan adanya aktivitas antioksidan dari fuli pala. Bahkan Somani R., dkk
(2008) mengumpulkan penelitian –penelitian yang berisi khasiat pala dalam bidang
farmakologi antara lain chemoprotective, antioxidant,
aphrodisiac,antimicrobial, hepatoprotective, dan anti-inflammatory. Minyak pala merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki pasaran
bagus karena permintaannya cukup tinggi di pasar internasional. Penggunaannya cukup luas
antara lain dalam industri pembuatan parfum, sabun, bahan pengolah
gula, bahan baku industry minuman dan makanan, obat-obatan, dan kosmetik. Pemanfaatan
lainnya adalah sebagai bahan campuran pada minuman ringan dan anti mikrobia atau bio insektisida (Nurdjannah, 2007). Di Cina
dan Indian, minyak pala digunakan untuk pengobatan atau kesehatan manusia,
antara lain untuk stimulus sistem jantung, pencernaan, diare, rematik, nyeri
otot, batuk dan pernapasan, tekanan darah, sakit gigi, penghilangan racun dalam
hati. (Sophia, 2010)
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat dan bahan yang digunakan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
Ø Seperangkat alat soxlet
Ø Gelas ukur 100 ml 1
buah
Ø Gelas kimia 500 ml 1
buah
Ø Erlenmeyer 100 ml 1
buah
Ø Corong 1
buah
Ø Corong Buchner 1
buah
Ø Mortar 1
buah
Ø Cawan porselin 1
buah
Ø Spatula 1 buah
Ø Pipet volume 25 ml 1
buah
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah
Ø Biji pala 10
gram
Ø Cloroform
Ø Kertas saring 3 lembar
Ø Aquades
Ø NaOH 6 M
Ø Aseton
Ø HCl
B.
Prosedur
kerja
1.
Ekstraksi
trimiristin dari biji pala
-
Biji pala
dihancurkan kemudian di ambil sebanyak 10 gram
-
Diekstraksi
dengan 150 ml chloroform
-
Di soklet
sebanyak 8 kali sirkulasi
-
Ekstrak yg
dihasilkan ditambahkan dengan 50 ml aseton (sambil tetap dipanaskan
-
Masukan
larutan ke dalam erlenmeyer
-
Didinginkan
pada suhu kamar selama 15 menit
-
Didinginkan
pada es selama 30 menit
-
Kristal yang
terbentuk dipisahkan dengan corong buchner
-
Timbang
kristal trimiristin yang diproleh
2.
Hidrolisis
trimiristin
-
Masukan
kristal trimiristin ke dalam labu alas bulat
-
Tambahkan
larutan NaOH 6M dan 20 etanol
-
Di Refluks
selama 1 jam
-
Tuang
campuran kedalam 150 ml air
-
Tambahkan
asam klorida 25 akan terbentuk kristal putih
-
Cuci kristal
putih dengan 10 ml air
-
Timbang
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Data pengamatan
1.
Ekstraksi trimiristin dari biji
pala
Tabel 1 ekstraksi
trimiristin
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
Biji
pala dihaluskan menggunakan mortal
|
Serbuk pala
|
10
gram serbuk pala diekstraksi dengan 250 ml Cloroform dalam ekstraktor
soklet selama 2-3 jam
|
diekstraksi dengan 8x sirkulasi
|
Ditambahkan
50 ml aseton(sambil tetap dipanaskan)
|
|
Larutan
dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dinginkan pada suhu kamar
|
Kristal trimiristin mengendap
|
Campuran
didinginkan didalam pada es selama 30 menit, Kristal yang terbentuk
dipisahkan dengan vakum
|
Kristal trimiristin terbentuk
|
Ditimbang
Kristal trimiristin yang diperoleh
|
|
2.
Hidrolisis trimiristin
Tabel 2 Hidrolisis
trimiristin
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
Dimasukkan
Kristal trimiristin dalam labu alas bulat, tiap 0,5 mg Kristal ditambahkan
larutan NaOH 6 M dan 20 ml etanol
|
Berwarna orange dan Kristal trimiristin
terlarut dalam NaOH dan etanol
|
Dipasang
kondensor refluks pada labu dan dididihkan larutan perlahan-lahan selama 1
jam
|
Menguap dan menghasilkan campuran asam miristat
|
Campuran
+ 150 ml air + 25 ml HCl
|
Terbentuk Kristal asam trimiristat
|
Dicuci
zat padat tersebut dengan 10 ml air
|
Kristal asam miristat bersih
|
Dikeringkan
|
Asam miristat kering
|
Ditimbang
|
|
Reaksi yang terjadi
Gambar 1 reaksi
yang terjadi
B.
Pembahasan
Lipid
yang paling banyak terdapat dalam jasad hidup adalah turunan gliserol. lemak
dan minyak merupakan triester gliserol yaitu triasil gliserol (sering disebut
trigliserida). Fosfatida atau fosfolipid adalah campuran ester gliserol yang
satu gugus hidroksil dari gliserolnya diesterkan dengan penggalan asam fosfat.
Asam
miristat merupakan asam yang terkandung didalam buah pal, lebih tepatnya biji
pala. Nama lain dari asam miristat adalah tetradekanoat, wujudnya berupa
kristal putih agak berminyak dengan rumus molekul : CH3(CH2)12COOH.
Titik leleh 54,4 oC. Sifat kelarutannya tersebut dimanfaatkan untuk
mengkristalkan asam miristat dari hasil hidrolisis trimiristin. Trimiristin C45H88O6
termasuk lipida atau ester dari bahan alam, yang terdapat antara lain
dalam biji pala (nutmeg). Miristrin, safrol. Dan elesimin merupakan senyawa
beracun dan mempunyai aktivitas narkotik. Minyak pala dari biji buah
pala mengandung 90% terpena hidrokarbon dengan komponen utama sabena, -pinen,
dan-pinen, selain itu juga mengandung terpinen 4-ol. Umumnya minyak pala digunakan
sebagai penyedap makanan dan dalam industri parfum.
Untuk mendapatkan trimiristin dari biji pala,
kita dapat menggunakan metode ekstraksi soxlet, yaitu biji pala yang telah
dihaluskan dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat sokhlet
kemudian diekstraksi selama ± 2-3 jam, kira-kira 8 kali sirkulasi dengan menggunakan
pelarut Cloroform. Dilanjutkan dengan proses Refluks, atau memisahkan antara pelarut
dengan asam miristat. Ekstrak yang dihasilkan ditambahkan dengan 50 ml aseton
dengan tujuan agar prosesnya berlangsung dalam keadaan panas. Ekstrak yang
diperoleh kemudian didinginkan
pada suhu kamar sekitar 15 menit dan didinginkan pada es sekitar 30 menit untuk membentuk Kristal trimiristin yang kemudian disaring
menggunakan corong Buchner
sehingga menghasilkan kristal trimiristin sebesar.
Proses selanjutnya
adalah hidrolisis yaitu dengan menambahkan larutan NaOH 6 M dan 25 ml etanol, bertujuan
agar Kristal trimiristat selalu dalam keadaan basa. Penambahan
etanol pada
ekstrak bertujuan untuk mencegah terjadinya reaksi penyabunan ketika
ditambahkan dengan NaOH akan bereaksi dengan trimiristin membentuk sabun. Setelah dicampurkan dilanjutkan dengan refluks
kurang lebih 1 jam dengan tujuan untuk meningkatkan energi aktivasi dari
campuran tersebut sehingga memudahkan untuk terjadinya pemutusan ikatan.
setelah dipanaskan dengan alat refluks, campuran dituangkan ke dalam 150 ml air
dalam gelas kimia kemudian ditambahkan 25 ml asam klorida ( HCl ) dan akan
terbentuk asam miristat ( zat padat putih ). Langkah terakhir cuci zat padat
putih dengan 10 ml kemudian dikeringkan lalu ditimbang.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa proses isolasi asam miristat pada buah pala dilakukan dengan menggunakan
ekstraksi sokhlet untuk memperoleh trimiristin, yang dilanjutkan dengan proses
hidrolisis untuk memperoleh Kristal trimiristin.
DAFTAR
PUSTAKA
Hart, Harold. 1990. Kimia
Organik. Erlangga. Jakarta
Masyithah, Zuhrina. 2006. Pengaruh volume dan konsentrasi pelarut pada
isolasi trimiristin dari limbah pala. Universitas Sumatera Utara. Medan
Nurdjannah, Nanan. 2007. Tekhnologi pengolahan pala. Balai Besar
penelitian pengembangan pasca panen pertanian. Jakarta
Rahadian, Dhimas. 2009. Pengaruh ekstrak biji pala terhadap waktu
induksi tidur dan lama waktu tidur mencit. UNDIP. Semarang
Sipahelut, Sophia grace. 2010.
Isolasi dan identifikasi minyak atsiri
dari daging buah pala. Universitas Pattimura. Ambon
Stanley. 1988. Kimia Organik 2. ITB. bandung
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Prosedur kerja
-
diekstraksi dengan 250 ml Cloroform
-
disokhlet sebanyak 8 kali sirkulasi
-
ditambahkan 50 mL aseton
(tetap dipanaskan)
-
dimasukkan ke Erlenmeyer
-
didinginkan 15 menit pada suhu kamar
-
didinginkan pada es selama 30
menit
-
ditimbang
-
ditambahkan NaOH 6 M dan etanol
-
direfluks selama 1 jam
-
dimasukkan kedalam 150 ml air
-
ditambahkan 25 ml HCl
-
dicuci dengan air
-
dikeringkan
-
ditimbang
1 komentar:
kak boleh minta versi doc nya?
EmoticonEmoticon