BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di era globalisasi
ini, kebanyakan orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, baik
urusan pribadi maupun urusan pekerjaan, jika telah manyangkut urusan pekerjaan
kebanyakan dari mereka tidak menghiraukan waktu, apalagi dengan
tugas-tugas atau pekerjaan yang belum terselesaikan, mereka akan rela tidak
tidur sehingga waktu istirahat mereka terganggu dan yang sering dilakukan
adalah membawa makanan ringan dan minuman sebagai teman dalam menyelesaikan
pekerjaan yang belum selesai itu, minum kopi adalah salah satu yang banyak
diminati selain menghangatkan badan, kopi juga sebagai penghilang rasa kantuk
agar lebih giat beraktivitas.
Kopi sering disalahkan karena kandungan utamanya,
yaitu kafein. Kafein adalah zat alami yang ditemukan dalam daun, biji, atau
buah-buahan, di lebih dari 60 tanaman. Ini termasuk kopi, biji kakao, kacang
cola dan daun teh yang digunakan untuk membuat banyak minuman ringan favorit
atau minuman seperti kopi, teh, minuman cola, dan berbagai makan seperti
cokelat.
Kafein itu sendiri adalah senyawa alkaloid xantina
berbentuk kristal dan mempunyai rasa yang pahit yang bekerja sebagai obat
perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein berperan sebagai pestisida
alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan
tanaman tersebut. Pada umumnya kafein dikonsumsi oleh manusia dengan
mengekstraknya dari biji kopi dan daun teh.
Oleh karena
itu agar dapat menambah pengetahuan khususnya mahasiswa untuk dapat mengisolasi
dan menentukan kadar kafein dalam kopi maka diadakan praktikum “ Penentuan
kadar kafein dalam kopi “.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan yang dicapai
pada praktikum ini yaitu dapat
mengisolasi dan menentukan kadar kafein dalam kopi.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip
dari percobaan ini yaitu berdasarkan
tehnik ekstraksi pelarut dengan menggunakan kaidah like disolve like.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Kopi (Coffea sp.)
adalah spesies tanaman berbentuk
pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai
tinggi 12 m. Proses pengolahan kopi bubuk dibagi atas dua tahap
yaitu penyangraian dan pengggilingan. Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa
alkaloid yang bersifat merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah banyak digunakan
dalam dunia medis. Kafein dapat dibuat dari ekstark kopi, teh dan cokelat.
Kafein berfungsi untuk merangsang aktivitas susunan saraf dan meningkatkan
kerja jantung, sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan bersifat
racun dengan menghambat mekanisme susunan saraf manusia. Rumus kimia untuk
kafein yaitu C8H10N4O2, kafein murni berbentuk kristal panjang, berwarna putih,
tidak berbau dan rasanya pahit. Didalam biji kopi kafein berfungsi sebagai
unsur rasa dan aroma. Kafein murni memiliki berat molekul 194.19 gr, titik
leleh 236°C dan titik didih 178°C (Aisyah, 2013).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak
terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat Kafein memiliki efek
farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf
pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot
jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam
jumlah tertentu ke minuman. Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi
kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan
kejang. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis kafein
yang diizinkan 100- 200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas
maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian.
Kafein sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang
seringkali diduga sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan
kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang
hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi (Kesia, 2013).
Disamping
memiliki kandungan yang menguntungkan kopi juga memiliki zat yang dapat
membahayakan kesehatan yaitu kandungan kafein dan asam organik yang
tinggi.kafein merupakan salah satu derivat xantin yang mempunyai daya kerja
sebagai stimlan sistem syaraf pusat, stimulan otot jantung, relaxasiotot polos
dan meningkatkan diaresis degnan tingkatan berbeda. Kandngan asam dan kafein yang
berlebih pada kopi tersebut dapat berdampak untuk kesehatan. Penggunaan kafein
dapat menyeabkan jantung berdebar, ganguan lambung, tangan gemetear, gelisah,
ingatan berkurang, dan susah tidur. Tiap jenis kopi memiliki kandungan kafein
yang berbeda-beda seperti pada kopi robusta yang mengandung kafein 2,473 %
sedangkan kopi arabica mengandung kafein 1,994 % (Kristiyanto, 2013).
Kopi
kemasan yang digunakan sebagai sampel dilakukan ekstraksi pelarut sebelum
dianalisis menggunakan KCKT. Ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang
sering digunakan dalam laboratorium untuk mengisolasi satu atau lebih komponen
dari suatu campuran
(Puspitaningtyas, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Labu
alas bulat, Pendingin Liebig, Corong pisah 500 mL, Cawan penguap, Gelas kimia
500 mL, Botol semprot, Batang pengaduk, Gelas ukur 10 mL, Erlenmeyer 50 mL, Corong kaca,
Pemanas dan Pipet ukur 25 mL.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu Kopi bubuk,
Aquades, Timbal asetat padat, Larutan kloroform dan Kertas saring.
B.
Prosedur
Kerja
1.
Ke dalam labu
alas bulat dimasukkan 20 g kopi halus dan tambahkan 350 mL aquades. Direfluks
campuran tersebut selama 25 menit
2.
Disaring campran
panas menggunakan corong Buchner yang dilengkapi labu pengisap
3.
Dilarutkan 3 g
timbal asetat dalam 27 mL aquades dan ditambahkan larutan tersebut tetes demi
tetes ke dalam filtrat sampai terbentuk endapan kemudian disaring.
4.
Setelah dingin
dituang filtrat kedalam corong pisah dan ditambahkan 25 mL kloroform, dikocok
campuran tersebut perlahan-lahan selama beberapa menit kemudian dibiarkan
sesaat sampai terbentuk dua lapisan.
5.
Dikeluarkan
lapisan bawah (kafein yang terlarut dalam kloroform) dan ditampung dalam cawan
penguap.
6.
Dibilas sekali
lagi corong pisah tersebut dengan 20 mL kloroform dan dikocok, lapisan bawah
dikeluarkan dan ditampung pada cawan penguap tadi.
7.
Diuapkan cairan
tersebut diatas pemanas sampai kering, lalu disublimasikan kafein kasar pada
cawan penguap (pada nyala api yang kecil) dengan ditutupi kertas saring
berlubang dan corong kaca yang telah ditimbang.
8.
Ditimbang corong
kaca setelah penyublinan sempurna, lalu dihitung kadar kafein di dalam kopi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Praktikum
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
simpulan
|
1.
|
20 gram kopi halus dimasukkan ke dalam labu alas
blat + 350 mL aquades dan direfluks selama 25 menit kemudian disaring
menggunakan Corong Buchner yang dilengkapi labu pengisap
|
Larutan kopi
Larutan
menjadi homogen
|
Larutan berwarna hitam
|
2.
|
3 gram timbal asetat di larutkan dalam 27 mL aqades
+ larutan tersebut tetes demi tetes ke dalam filtrat sampai terbentuk endapan
5 tetes
|
Terbentuk endapan
|
|
3.
|
Filtrat dituang ke dalam corong pisah + 25 mL
klorofom
|
Terbentuk 2 lapisan
|
|
4.
|
Dikocok campuran dan dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan
|
lapisan atas dan lapisan bawah
|
|
5.
|
Dikeluarkan lapisan bawah dan ditampung dalam cawan
penguap
|
||
6.
|
Dibilas corong pisah dengan 20 mL Kloroform dan
dikocok
|
Lapisan atas dan lapisan bawah
|
|
7.
|
Diuapkan cairan diatas pemanas air
|
||
8.
|
Disublimasikan kafein kasar pada cawan pengap dengan
ditutupi kertas saring dan corong kaca
|
Dipermukaan kertas saring terjadi pembentukan
kristal yang menandakan adanya kafein
|
|
9.
|
Ditimbang corong kaca
|
||
10.
|
Kadar kafein dalam kopi
|
0,261 %
|
B. Analisis
Data
1. Data Hasil
Pengamatan
Massa kopi halus = 20
gram
Massa kertas saring
kosong = 1,08
gram
Massa kertas saring + kristal kafein =
1,1322
gram
Sehingga :
Massa
kristal kafein = (Massa kertas
saring + kristal kafein)
–
Massa kertas saring kosong
= 1,1322 gram - 1,08 gram
= 0,0522 gram
2.
Perhitungan
Kadar
kristal benzoat dalam campuran / rendemen :
Rendemen =
= × 100 % = 0.261 %
C. Pembahasan
Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa
alkaloid yang bersifat merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah
banyak digunakan dalam dunia medis. Kafein dapat dibuat dari ekstrak kopi, teh
dan cokelat. Kafein berfungsi untuk merangsang aktivitas susunan saraf dan
meningkatkan kerja jantung, sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan
akan bersifat racun dengan menghambat mekanisme susunan saraf manusia. Rumus
kimia untuk kafein yaitu C8H10N4O2, kafein murni berbentuk kristal panjang,
berwarna putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Didalam biji kopi kafein
berfungsi sebagai unsur rasa dan aroma. Kafein murni memiliki berat molekul
194.19 gr, titik leleh 236°C dan titik didih 178°C.
Terhadap
kopi kemasan yang digunakan sebagai sampel dilakukan ekstraksi pelarut sebelum
dianalisis menggunakan KCKT. Ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang
sering digunakan dalam laboratorium untuk mengisolasi satu atau lebih komponen
dari suatu campuran
Pada penentuan kadar kafein dalam kopi, digunakan kopi bubuk yang belum
diketeahui kadar kafeinnya. Kopi dilarutkan terlebih dahulu, dengan aquades 350
mL. Selanjutnya direfluks selama 25 menit agar dapat menghomogenkan kopi dan
pelarut dengan waktu yang cukup lama, hal ini karena sifat kafein yang terdapat
dalam refluks mudah larut dalam air panas.
Selanjutnya setelah direfluks, campuran tersebut disaring dengan
menggunakan corong buchner yang dilengkapi labu penghisap untuk menyaring
larutan tersebut dengan cepat dibanding hanya dengan menggunakan kertas saring.
Penyaringan ini yaitu agar kafein dalam campuran kopi dapat terpisah dari
filtrat atau ampas kopi, sehingga yang didapat dalam larutan kopi adalah kafein.
Setelah dingin, kemudian ditetesi oleh larutan timbal asetat tetes demi tetes,
sampai terbentuk endapan. larutan asetat ini untuk menendapkan campuran kopi,
atau mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat pada filtrat berupa garam-garam
dari kafein, seperti albumin, asam-asam, tannin dan sebagainya.
Filtrat dimasukan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 25 mL kloroform
dan dikocok selama beberapa menit kemudian didiamkan. Kloroform ini sendiri
berfungsi untuk melarutkan kafein dalam filtrat. Adanya Kafein dalam filtrat
ditandai dengan terbentuknya dua lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah
pada filtrat, dimana lapisan atas merupakan lapisan fasa air yang mengandung
sisa garam dan Pb dan lapisan atau fasa organik (lapisan bawah) merupakann
lapisan yang mengandung kafein dalam kloroform. Dua lapisan tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan berat jenis antara kedua larutan tersebut karena
senyawa yang memiliki massa jenis lebih besar akan mengendap yakni kloroform
yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada kopi.
Lapisan bawah yang mengandung kafein ditampung dalam cawan penguap dan
lapisan atas dibilas kembali dengan kloroform agar kafein yang masih ada pada
lapisan atas/fasa air larut dan sekaligus memurnikan kafein dari zat-zat
pengotornya, sehingga kafein yang diperoleh benar-benar murni. Lapisan bawah
pada larutan tersebut kembali ditampung pada cawan penguap yang sama sedangkan
lapisan atas sudah tidak digunakan karena sudah tidak mengandung kafein. Cairan
kafein yang diperoleh diuapkan dengan mesin pamanas atau disublimasi agar
kloroform (fasa organic) menguap dengan ditutupi kertas saring yang telah
dilubangi. Lubang-lubang pada kertas saring itu sendiri agar uap kloroform
dapat hilang dari kafein dan kafein sendiri akan menempel pada kertas.
Sedangkan tujuan dari pemberian kertas saring yang digunakan sebagai penutup
cawan tadi berguna agar kristal kafein tersebut tidak keluar dari cawan. Bentuk
kristal yang didapat dalam percobaan ini adalah kristal yang mempunyai kadar
kafein sebasar 0,261 %.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang
diperoleh dari percobaan ini, maka dapat diperoleh kadar kafein yang terdapat dalam kopi sebesar
0,261%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2015. Penuntun
Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium
Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Haluoleo. Kendari.
Aysah, Megah., Fuferti.Z., Syakbaniah dan
Ratnawulan. 2013. Perbandingan
karakteristik fisis kopi lwak (civet coffee) dan kopi biasa jenis arabica. Pillar of Physics, vol.2. Oktober 2013,
68-75.
Kesia, Rialita Maramis,. Gayatri Citraningtyas,. Frenly Wehantouw.
2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota
Manado Menggunakan Spektrofotometri
Uv-Vis. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 2 No. 04 November 2013 ISSN 2302 – 2493
Kristiyani, danang., Broto Deghdo Haris Pranoto.,
Abdullah. 2013. Penurunan Kadar Kafein Arabica Dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Nopkom MZ-15. Jurnal
Teknologi Kimia Dan Industri, Vol. 2, No. 4, Tahun 2013, Halaman 170-176.
Puspitaningtyas,
Auliya., Surjani Wonorahardjo., Neena Zakia. 2013. Pengaruh Komposisi Fasa Gerak Pada Penetapan Kadar Asam Benzoat Dan Kafein Dalam Kopi Kemasan
Menggunakan Metode Kckt (Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi.
|
EmoticonEmoticon