LAPORAN PRAKTIKUM REKRISTALISASI
LAPORAN
HASIL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
“PEMURNIAN SECARA REKRISTALISASI”
(PERCOBAAN
V)
O L E H :
KELOMPOK II
DAYAN IKHSANUDDIN : A1C4
13 008
MUSLIMA RAMADANI : A1C4
11 013
JUMIARTI : A1C4
13 018
MUHAMMAD NURHADI : A1C4
13 028
SYAMSUL : A1C4
13 040
ALFAHRU MANGIDI : A1C4 13 050
AGRY SAPUTRADANI : A1C4 13 060
USMAN BIN AMIN
: A1C4 13 068
RAMLI SARMAN : A1C4
13 080
ASISTEN
PEMBIMBING : MOH. TISAN (A1C4 11 078)
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2014
ABSTRAK
Rekristalisasi adalah teknik
pemunian suatu zat padat dari pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali
zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.Telah dilakukan
percobaan dengan judul Pemurnian Secara Rekristalisasi yang bertujuan agar
praktikan dapat memurnikan zat padat dengan cara rekristalisasi. Pada percobaan
kali ini digunakan metode rekristalisasi. Metode ini berdasarkan pada perbedaan
daya larut antara zat yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut
tertentu Karena konsentrasi total pengotor biasanya lebih kecil dari
konsentrasi yang dimurnikan dalam kondisi dingin konsentrasi yang rendah tetap
dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.Pada
dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan suatu zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar
kedalam larutannya. Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh hasil rendemen sebesar 54,3% dan zat pengotor sebesar 45,7%.
Kata
kunci :rekristalisasi,
rendemen.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Memperoleh suatu
senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat
esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu padatan yang umum yaitu
rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini pada dasarnya
mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan
pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan
yang lain yang hanya melarutkan zat-zat pengotor saja. Pemurnian demikian ini
banyak dilakukan pada industri-industri (kimia) maupun laboratorium untuk
meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.
Pada penggunaan teknik
rekristalisasi biasanya dilatarbelakangi karena senyawa organik padat yang
diisolasi dari reaksi organik jarang berbentuk murni. Senyawa tersebut biasanya
terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (impuritis) yang dihasilkan selama
reaksi berlangsung. Pemurnian padatan dengan kristalisasi didasarkan pada
perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut. Bila
suatu kristal sangat larut dalam satu pelarut dan sangat tak larut dengan
pelarut lain maka akan memberikan hasil rekristalisasi yang memuaskan.
Ternik pemisahan atau pemurnian dari suatu
zat yang telah tercemar atau mengalami percampuran dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya :penyaringan, rekristalisasi, dekantansi,
absorpsi, sublimasi, dan ekstraksi. Penyaringan adalah proses pemisahan yang didasarkan
pada perbedaan ukuran partikel. Contohnya penyaringan suspensi kapur dalam air. Rekristalisasi
adalah proses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalkannya
kembali. Contohnya adalah pemurnian garam dapur. Dekantasi adalah proses pemisahan suatu
zat dari campurannya dengan mengendapkan zat lain, didasarkan pada massa jenis
yang lebih besar akan berada pada lapisan bagian bawah. Contohnya campuran
pasir dan air.
Absorpsi adalah proses pemisahan suatu zat dengan
menggunakan teknik penyerapan. Contohnya sirup yang disaring dengan menggunakan
norit.
Sublimasi adalah proses pemisahan dan pemurnian zat yang
dapat menyublim dari suatu partikel atau zat yang bercampur. Contohnya adalah
pemisahan naftalena dari campurannya dengan garam. Ekstraksi adalah proses pemurnian zat
bercampur dengan menggunakan sifat kepolaran suatu zat yang menggunakan corong
pisah. Contohnya adalah pemisahan minyak goreng dari campurannya. Namun pada
praktikum ini melakukan pemurnian zat padat dengan metode rekristalisasi.
Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH),
adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam
benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet
makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak
bahan-bahan kimia lainnya. Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat
dimurnikan dengan rekristalisasi dari air, karena asam benzoat larut dengan
baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin. Penghindaran penggunaan
pelarut organik untuk rekristalisasi membuat eksperimen ini aman. Pelarut
lainnya yang memungkinkan diantaranya meliputi asam asetat, benzena, eter petrolium, dan
campuran etanol dan air.
Berdasarkan
pernyataan-pertnyataan di atas maka perlunya mengetahui cara pemurnian zat
padat secara rekristalisasi, dengan menggunakan suatu senyawa sebagai sampel,
sehingga dapat membedakan proses pemisahan melalui metode rekristalisasi dengan
metode lainnya. Untuk itu, dilakukan percobaan pemurnian secara rekristalisasi
ini.
B. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memurnikan zat padat dengan cara
rekristalisasi.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari praktikum ini
yaitu melakukan pemurnian asam benzoat tercemar dengan prinsip rekristalisasi
berdasarkan daya larutnya dalam suatu
pelarut tertentu (air).
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solven)
yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan
dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup
besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat
pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Dalam
kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan adalah air.
Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang
terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan
dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondidi supersaturasi atau
larutan lewat jenuh). Secara toritis ada 4 metoda untuk menciptakan
supersaturasi dengan mengubah temperatur, menguapkan olvens, reaksi kimia, dan mengubah komposisi solven (Agustina, 2013).
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan
Kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada
saat proses pemisahan padatan dari larutan induknya (retentionliquid).
Pengotor pada permukaan kristalini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian.
Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat melarutkan
pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi
sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci, namun
dapa juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi krteria tersebut. Adapun
pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian.
Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal
adalah dengan jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut
kemudian mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan
dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotorhanya bisa terbawa dalam
kristal jika terorientasi secara bagus dalam kisi Kristal (Puguh, 2003).
Bahan pengikat pengotor adalah bahan
atau zat yang dapat digunakan untuk mengikat zat-zat asing yang keberadaannya
tidak dikehendaki dalam zat murni. Secara teori garam yang beredar di
masyarakat sebagai garam konsumsi harus mempunyai kadar NaCl minimal 94,7%
untuk garam yang tidak beriodium . Sesuai SNI nomor 01-3556-2000, garam beriodium
adalah garam konsumsi
yang mengandung komponen
utama NaCl (Natrium Klorida/mineral) 94,7%,
air maksimal 7
% dan Kalium
Iodat (KIO3) mineral
30 ppm, serta senyawa-senyawa lain
sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan, namun
pada kenyataannya kadar NaCl pada
garam dapur jauh di bawah standar.Oleh
karena itu penelitian
ini dilakukan untuk
mengetahui peningkatan kadar NaCl
yang dimurnikan tanpa penambahan
bahan pengikat pengotor, dengan
penambahan bahan pengikat pengotor Na2C2O4dan Na2CO3 atau
penambahan Na2C2O4 dan NaHCO3 dengan konsentrasi yang bervariasi pada pembuatan
garam dapur dari air tua (Sulistyaningsih, 2010)
Tingginya nilai
rendemen antosianin yang diperoleh dari
ektraksi menggunakan metanol danHCl 1% dan metanol 95% yang ditambahkan
asam sitrat 3% dibandingkan menggunakan
pelarut lain disebabkan adanya
kecocokan kepolaran antara pelarut dengan
bahan yang dilarutkan,
sehingga campuran pelarut tersebut mampu melarutkan lebih banyak
antosianin keluar dari protoplasma sel kubis merah dan menghasilkan rendemen
lebih banyak. Pendapat ini didukung
oleh Pifferi dan Voccari
(1983 dalam Sari 2003) yang
menjelaskan bahwa jumlah rendemen
dipengaruhi oleh efektifitas pelarut untuk mengekstraksi antosianin, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi stabilitas
antosianin selamaproses ekstraksi
(Wirda, 2011).
Padatan berwarna kuning yang
terdapat pada fraksi A dan D direkristalisasi mengunakan pelarut yang sama
yaitu n-heksana aseton. Pemilihan
pelarut tersebut didasarkan pada prinsip rekristalisasi yaitu sampel yang tidak
larut dalam suatu pelarut pada suhu kamar tetapi dapat larut dalam pelarut pada
suhu kamar. Jadi rekristalisasi meliputi tahap awal yaitu melarutkan senyawa
yang akan dimurnikan dalam sedikit mungkin pelarut atau campuran pelarut dalam
keadaaan panas atau bahkan sampai suhu pendidihan sehingga diperoleh larutan
jernih dan tahapan selanjutnya yaitu mendinginkan larutan yang akan dapat
menyebabkan terbentuknya kristal, lalu dipisahkan melalui penyaringan (Lukis, 2010).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A. Alat
dan Bahan
1.
Alat
a. Gelas piala 100 mL 1 buah
b. Corong Buchner 1
buah
c. Spatula 1
buah
d. Pompa vakum 1
buah
e. Batang pengaduk 1
batang
f. Botol semprot 1
buah
2.
Bahan
a. Asam Benzoat tercemar
b. Air Suling
c. Air es
d. Kertas saring 2 lembar
B. Prosedur
Kerja
1. Memanaskan air suling hingga mendidih
2. Menimbang Asam Benzoat tercemar sebanyak 1 gram
3. Memasukkan Asam Benzoat tercemar ke dalam gelas
kimia
4. Melarutkan Asam Benzoat tercemar dengan air
panas
5. Menyaring larutan Asam Benzoat tersebut dalam
keadaan panas dengan corong Buchner
6. Memisahkan antara residu (zat pengotor) dengan
filtratnya
7. Mendinginkan filtrat dengan es batu hingga
terbentuk Kristal
8. Menyaringkristal yang terbentuk
9. Memisahkan antara Kristal Asam Benzoat dengan
pelarut (air)
10. Memperoleh Kristal Asam Benzoat sebanyak 0,543
gram
11. Menentukan berat rendemennya (%)
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Data
Hasil Praktikum
No
Perlakuan
Pengamatan
|
1.
Air suling dipanaskan hingga air mendidih
Mendidih
|
2.
1 gram
Asam Benzoat tercemar larutan
berwarna bening dan
dilarutkan dengan air panasterdapat endapan
putih
|
3.
Larutan
disaring dengan meng- diperoleh
filtrate dan residu
gunakan corong Buchner
|
4. Filtrat didinginkan dan disaring terbentuk kristal
|
5.
Kristal
Asam benzoat dipisahkan diperoleh Kristal
Asm Benzoat
dari pelarutnya bersih dari
pengotornya
|
6.
Kristal
tersebut ditimbang
Kristal Asam Benzoat sebanyak
0,543 gram
|
7. Ditentukan berat rendemennya hasil rendemen sebesar 54,3%
|
B. Perhitungan
Dik : Berat kertas saring kosong = 0,76 gram
Berat sampel (asam benzoate
tercemar) = 1
gram
Berat Kristal dalam kertas saring
= 1,303 gram
Berat Kristal asam benzoat = 1,303 gram – 0,76 gram
= 0,543 gram
Dit : Kadar Rendemen …?
Penyelesaian
:
Rendemen =
=
= 54,3%
Zat
pengotor = 100% - 54,3%
= 45,7%
C. Pembahasan
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan
dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari
suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.Rekristalisasi merupakan
salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat
tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian
dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut
tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya
lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi
impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi
tinggi akan mengendap.
Tahap-tahap
dalam rekristalisasi yaitu
(1) Pelarutan (2) Penyaringan (3) Pemanasan (4) Pendinginan. Beberapa syarat
pelarut yang baik untuk rekristalisasi antara lain : a) Memiliki daya pelarut
yang tinggi pada suhu tinggi dan daya pelarut yang rendah; b) Menghasilkan
kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan; c) Dapat melarutkan senyawa
lain; d) Mempunyai titik
didih relatif rendah (mudah terpisah dengan kristal murni); e) Pelarut tidak bereaksi dengan senyawa
yang dimurnikan.
Suatu endapan mudah disaring dan dicuci sebagian besar
tergantung pada struktur morfologi endapan, yang terdiri dari bentuk dan
ukuran-ukuran kristalnya.Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama
berlangsungnya pengendapan, semakin mudah proses penyaringannya dan mungkin
sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari
larutan, yang akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur
yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat
menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur
yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan
menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama.
Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan
kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung
pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju
pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal
akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar,
jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi
derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi
makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor
lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan
berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk
yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh.
Asam benzoat yang
digunakan dalam percobaan ini merupakan asam benzoat yang belum murni atau
masih kotor. Karena itu dilakukan pemurnian terhadap asam benzoat tersebut agar
terbebas dari zat pengotor melalui pemanasan bersama pelarutnya. Pelarut yang
digunakan adalah air. Air digunakan sebagai pelarut asam benzoat karena titik
didih air lebih rendah dari pada titik leleh asam benzoat yang sebesar 249 ˚C.
Sesuai dengan persyaratan sebagai pelarut yang sesuai yaitu titik didih pelarut
harus rendah untuk mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk.
Berdasarkan syarat ini,
titik didih air sebagai pelarut lebih rendah dari pada titik didih asam benzoat
sehingga kristal yang diinginkan pada saat pengeringan dapat terbentuk,
penggunaan air sebagai pelarut asam benzoat juga berhubungan dengan kelarutan.
Sesuai dengan syarat pelarut yang kedua yaitu pelarut hanya dapat melarutkan
zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya. Reaksi antara
air dan asam benzoat menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen, inilah
yang menyebabkan air dapat melarutkan asam benzoat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah proses pelarutan
asam benzoat yang berbentuk padatan agar menjadi suatu larutan. Pelarut yang
digunakan untuk melarutkan asam benzoat ini adalah pelarut yang cocok. Hal ini
ditujukan agar asam benzoat yang dilarutkan dapat melarut dengan sempurna. Asam
benzoat yang dilarutkan dalam air panas tersebut akan terurai menjadi
ion-ionnya Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah pemanasan adalah menyaring
larutan kedalam suatu wadah dengan menggunakan kertas saring. Penyaringan ini
bertujua untuk memisahkan antara zat yang telah larut dengan zat pengotornya
agar diperoleh zat yang lebih murni, namun untuk memperoleh hasil yang maksimal
maka perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat yang dikenal dengan
nama corong buchner.
Langkah selanjutnya lagi yaitu melakukan
pendinginan. Jika belum terbentuk kristal maka larutan di jenuhkan dengan cara
penguapan, agar endapan dapat terbentuk dengan mudah. Tapi jika kristal sudah
mulai terbentuk, maka dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring.
Hal ini bertujuan untuk memisahkan endapan dari larutannya. Filtrat hasil
penyaringan tersebut akan digunakan untuk proses kristalisasi pada tahap berikutnya.
Agar proses rekristalisasi ini dapat berjalan dengan baik, kotoran
mempunyai kelarutan lebih besar dari senyawa yang diinginkan. Jika hal ini
tidak terpenuhi maka kotoran akan ikut mengkristal bersama senyawa yang
diinginkan. Dampaknya menyebabkan kristal yang diperoleh tidak murni lagi,
dimana kemurnian suatu zat ditentukan oleh rendemen yang diperoleh, semakin
tinggi rendemen suatu zat maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi sedangkan
semakin kecil nilai rendemen yang diperoleh dari suatu zat maka tingkat
kemurnian semakin rendah dan dari hasil percobaan ini diperoleh berat asam benzoate
yang murni sebesar 0,543 gram. Sehingga
rendemen kristal asam benzoat yang diperoleh dari perbandingan asam
benzoat murni denagan asam benzoat tercemar sebesar 54,3 %. Sehinga zat
pengotor (residu) yang berada dalam sampel asam benzoat tercemar pada percobaan
ini sebesar 45,7 %. Sedikinya hasil rendemen yang diperoleh, dapat disebabkan
karena pada saat melarutkan asam benzoat dan dilanjutkan dengan menyaring suhu air
tidak terlalu panas sehingga asam benzoat tidak terlalu larut (larut secara
sempurna).
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemurnian secara rekristalisasi didasarkan
pada perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut
tertentu. Kristal Asam Benzoat murni dapat kita pisahkan dan
diperoleh kembali dari zat pengotornya (Asam Benzoat tercemar). Kristal
Asam Benzoat secara murni yang dapat diperoleh kembali yaitu sebanyak 0,543
gram dengan jumlah rendemen sebanyak 54,3%.
B. Saran
Saran yang dapat
kami ajukan dalam percobaan ini yaitu agar lebih
memperhatikan bahan-bahan yang akan digunakan untuk disimpan sesuai dengan
tempatnya masing-masing agar tidak membuat bingung para praktikan yang akan
melakukan percobaan selanjutnya saat mencari bahan yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Lukis, Prima Agusti. (2010). Dua Senyawa Mangostin dari Ekstak n-Heksan padaKayu Akar Manggis (
Garcinia mangostana, Linn). Institut Teknologi Sepuluh September. Surabaya.
Diakses tanggal 8 Desember 2014
Rositawati, Agustina Leokrist., Dkk, (2013). Rekristalisasi Garam
Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri.Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. Vol. 2, No.4.Universitas
Diponegoro. Semarang. Diakses tanggal 8 Desember 2014
Setyopratomo, Puguh. Dkk, (2003). Studi
Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan CaraRekristalisasi. Universitas
Surabaya
Sulistyaningsih, Triastuti.Dkk, (2010). Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua dengan Bahan
Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4-Na2CO3.Vol.8, No. 1Universitas Negri Semarang
Wirda, Zurrahmi. dkk. (2011). Pengaruh Berbagai Jenis Pelarut dan Asam Terhadap Rendemen Antosianin
dari Kubis Merah (Brassica Oleraceae Capitata). Vol 18. No 2.Universitas Malikussaleh
Reuleut-Aceh utara.Banjarbaru
Prosedur
Kerja
Asam benzoat tercemar
|
Residu (pengotor)
|
Filtrat
|
Kristal asam benzoat
|
Pelarut (air)
|
Ditimbang sebanyak 1 gram
|
Dimasukkan kedalam gelas kimia
|
Dilarutkan dengan air panas
|
Di
dinginkan dengan air es hingga terbentuk kristal
|
Disaring larutan dalam keadaan
panas
|
Disaring
|
Ditentukan rendemennya
|
54,3%
hasil rendemen
|
TUGAS SETELAH
PRAKTIKUM
SOAL
1.
Sebutkan dan jelaskan metode apa saja yang dapat
digunakan pada pemurnian zat padat
selain rekristalisasi?
2.
Apa perbedaan mendasar metode tersebut dengan
metode rekristalisasi?
3.
Mengapa larutan sampel tersebut disaring dalam
keadaan panas?
4.
Mengapa kristal yang diperoleh pada percobaan
ini perlu diuji titik bekunya?
JAWAB:
1.
Metode lain yang dapat digunakan adalah metode
flokulasi dan metode kromatografi
2.
Perbedaan
metode-metode tersebut yaitu Flokulasi dilakukan berdasarkan pergerakan partikel tersuspensi secara terus menerus yang bercampur di dalam air sedangkan rekristalisasi
berdasarkan. kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar.
Kemudian Kromatografi dilakukan berdasarkan perbedaan sifat fisik masing-masing
komponen dalam campuran sedangkan rekristalisasi berdasarkan. kelarutan zat
dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar.
3.
Karena dalam keadaan panas asam benzonat dapat
larut sehingga dengan mudah dipisahkan dari pengotornya , dan jika disaring
dalam keadaan dingin asam asam benzoate
tidak dapat larut melainkan membentuk kristal. Larutan sampel disaring dalam keadaan panas agar proses penyaringan dapat
berjalan dengan mudah. Hal ini dilkaukan karena dalam keadaan panas,jarak
ikatan antar molekul-molekul dalam campuran asam benzoat tercemar relatif lebih besar sehingga
pemisahannya pun lebih mudah dilakukan dalam keadaan panas.
4.
Setelah
mendapatkan kristal asam benzoate, maka perlu dilakukan pengujian terhadap
titik lelehnya asam benzonat. Ini dimaksudkan untuk memastikan apakah kristal
yang terbentuk adalah kristal asam benzonat murni atau bukan. Karena
dengan menguji titik lelehnya , dapat diketahui kemurnian kristal yang di
peroleh , uji titik leleh sama dengan uji kemurnian .
Soal/ Jawab
1. Sebutkan dan jelaskan metode apa saja yang
dapat digunakan pada pemurnian zat padat selain rekristalisasi !
Jawab :
ø Flokulasi
Usaha untuk mengurangi polutan yang terkandung dalam air dapat dilakukan dengan metode flokulasi. Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikel-partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan begerak menuju proses sedimentasi.
Usaha untuk mengurangi polutan yang terkandung dalam air dapat dilakukan dengan metode flokulasi. Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikel-partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan begerak menuju proses sedimentasi.
ø Kromatografi
Kromatografi adalah teknik
untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat
fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di
dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke
kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang
cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing
komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien
partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer).
2. Apa perbedaan mendasar antara metode
tersebut dengan metode rekristalisasi ?
Jawab :
ÿ Flokulasi dilakukan berdasarkan pergerakan partikel tersuspensi secara terus menerus yang bercampur di dalam air sedangkan
rekristalisasi berdasarkan. kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu
diperbesar.
ÿ Kromatografi dilakukan berdasarkan perbedaan
sifat fisik masing-masing komponen dalam campuran sedangkan rekristalisasi
berdasarkan. kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar.
3. Mengapa larutan sampel disaring dalam
keadaan panas ?
Jawab :
Larutan sampel disaring dalam
keadaan panas agar proses penyaringan dapat berjalan dengan mudah. Hal ini
dilkaukan karena dalam keadaan panas,jarak ikatan antar molekul-molekul dalam
campuran asam benzoat tercemar relatif
lebih besar sehingga pemisahannya pun lebih mudah dilakukan dalam keadaan
panas.
4. Mengapa kristal yang diperoleh pada
percobaan ini perlu diuji titik lelehnya ?
Jawab :
Setelah mendapatkan kristal
asam benzoate, maka perlu dilakukan pengujian terhadap titik didih asam
benzoate. Ini dimaksudkan untuk memastikan apakah kristal yang terbentuk adalah
kristal asam benzoate murni atau bukan. Jika titik didih setelah pengkristalan
labih besar dari titik didih benzoate yang sebenarnya, maka masih ada
kemungkinan kristal yang didapatkan masih bercampur dengan zat pengotornya.
sebaik anda hanya menjadikan laporan ini sebagai referensi, laporan diatas masih banyak kekurangannya untuk itu anda bisa memberikan masukan dengan memberikan komentar..
Langganan:
Postingan (Atom)